Friday 19 February 2010

That’s What Friends Are For

Mungkin semua orang di dunia ini selalu menjunjung tinggi arti sahabat. Melakukan apapun agar sahabat bisa bahagia bersama kita dan membuat kita bahagia juga. Tapi itu tidak terjadi padaku. Sejak SD aku selalu merusak persahabatanku sendiri. Aku nggak ingin dan ngerasa nggak butuh sahabat, walau pada akhirnya teman yang dekat denganku selalu menyebut bahwa kami ini bersahabat.

Biasanya mereka berkelompok dengan berbagai kategori. Si kaya, si pintar, si famous, si cantik, si ganteng, si miskin dan masih banyak kategori lainnya. Semua hal mereka lakukan hanya melibatkan anggota geng. Ke kantin hanya dengan mereka, kelompok belajar dengan mereka, jalan-jalan dengan mereka, dan masih banyak hal lain yang harus dilakukan hanya bersama mereka. Dan itu membuatku bosan.

Bahkan ketika duduk di bangku SMP aku sempat bertengkar hebat dengan sahabatku. Hanya karena masalah kecil, menurutku. Pacar, musuh utama dalam hubungan persahabatan. Hanya karena pacar sahabatku yang play boy itu mulai main mata denganku ia jadi menuduhku ingin merebut pacarnya. Pertengkaran itu terekam baik dalam kepalaku. Bagaimana ia menudingku dengan telunjuknya di hadapan banyak orang di sekolah. Setelah kejadian itu aku semakin merasa tak membutuhkan sahabat.

Setiap kali kudengar kata sahabat dari seseorang yang dekat denganku aku segera menyangkalnya dengan dalih “I’m not good enough to be you’re best friend”. Terus begitu hingga aku beranjak dewasa dan menjadi siswi SMA. Pertama kali dalam hidupku sekolah di tempat yang sangat amat asing bagiku. Tak ada satupun yang ku kenal di sana. Wajah baru, lingkungan baru, dan suasana baru. Tak nampak kelompok-kelompok khusus di sana. Yang ada hanya orang-orang yang nampak akrab satu sama lain.

Aku bertemu dengan orang-orang itu, mengobrol seakan sudah kenal dekat. Kami berteman sangat dekat hingga aku merasa benar-benar memiliki tempat di hati mereka. Sampai suatu hari aku berpisah dengan 3 teman dekatku saat naik ke kelas XI. Kupikir hanya sampai di situ saja pertemanan kami, tapi aku salah. Buktinya kami masih terus berteman walau kami masing-masing sudah punya teman dekat lain dari kelas masing-masing.

Di kelas XI aku bertemu 4 teman baru yang sangat asyik dan memiliki hobi main sepak bola yang sama denganku, 2 dari kelas yang sama dan 2 lagi dari kelas sebelah. Di kelas itu juga aku bertemu beberapa pecundang sekolahan yang selalu bertingkah seenaknya. Suatu hari aku memiliki masalah dengan mereka. Mereka memburuku dengan berbagai tudingan miring yang sesungguhnya tak kulakukan. Kupikir aku sendirian saat itu, tapi lagi-lagi aku salah. Lalu kemudian teman-temanku datang membelaku. Kami ribut dengan para pecundang itu. Aku menjelaskan segala duduk perkaranya, terserah aku tak peduli mereka mau mengerti atau tidak.

Buruknya, hari itu adalah hari ulang tahunku. Para pecundang itu telah merusak hari spesialku. Hari yang selalu kutunggu-tunggu setiap tahunnya. Aku benar-benar marah kala itu. Aku pulang ke rumah dengan muka berlipat 1000. Begitu sampai di rumah yang hanya sepelempar batu dari sekolahku aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur.

Saat aku hampir terlelap, pintu kamar diketuk dengan kasar dan tak sabaran. Sebelum sempat aku membuka pintu tiba-tiba saja teman-temanku berduyun-duyun masuk ke kamar, alhasil kamarku jadi penuh sesak. Mereka mengucapkan Happy Birthday!! padaku sambil setengah berteriak. Mereka juga berkata, “udah gak usah dipikirin masalah yang tadi. Apapun alasannya kita bakal selalu dukung lo dan membela lo. Kita juga akan selalu ada buat lo saat lo butuhin atau gak butuhin. Dan sekarang bukan saat yang tepat untuk bersedih, ini hari ultah lo jadi lo musti seneng-seneng, OK?!”

“ Thanks ya guys. Kalian baik banget, padahal gue gak pernah kasih kalian apa-apa,” lirihku sambil menahan haru.

That’s what friends are for, kan?! Lo kan udah ngasih kita kasih sayang,” ucap salah satu temanku.

Sejak saat itu kami sering sekali membuat kejutan dan berbagai hadiah bagi yang berulang tahun. Kami juga sempat merayakan 1st anniversary kebersamaan kami dengan kue yang kubuat sendiri dan beberapa batang lilin warna warni. Hingga lulus SMA dan melanjutkan kuliah di tempat yang berbeda kami tetap keep contact satu sama lain melalui berbagai media yang sudah sangat canggih saat ini. Aku dan 2 temanku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, 4 temanku menetap di Bandar Lampung, dan seorang lagi memilih berkuliah di Yogyakarta demi mewujudkan cita-citanya.

Walau kami berpisah tapi kenangan akan masa-masa indah itu takkan pernah sirna dalam ingatanku. Sampai detik ini kami masih sering berbagi cerita, curhat, dan memberi solusi bagi yang membutuhkan. Dan yang sangat aku rasakan saat ini adalah rasa rindu yang begitu dalam pada mereka. Apalagi sebentar lagi kami akan merayakan 3rd anniversary, tapi kami terpaksa merayakannya sendiri-sendiri.

Miss you cCb and Gokil Xavepa… happy 3rd anniversary @ 20 April guys…