Friday, 2 November 2012

Galau? Perlukah kita galau?

Galau itu sebenernya apa sih? Kadang kalo lagi kumpul sama saudara-sepupu yang masih pada ABG suka bingung, mereka pada curhat gini, "duuuh aku lagi galau nih. aku sayang sama pacar aku, tapi hampir tiap hari kita tuh ribut mulu bla bla bla bla bla.......". Terus yang satunya lagi curhat juga, "mbak, aku lagi galau nih. Si A suka sama aku, padahal aku sukanya sama si B. Tadi si A nembak aku, trus aku musti jawab apa?". Dateng lagi yang satunya, ni yang cowo, dia curhat juga "Hufh gue baru putus sama cewe gue, padahal gue masih sayang sama dia" trus yang cewe-cewe pada bilang "waaaah mas lagi nge-galau tuh". Jadi gue sempet ngambil kesimpulan kalo galau itu ya bingung.
Selama ini tiap denger temen curhat ato pas lagi di angkot denger anak-anak SMA lagi nyebut-nyebut kata galau gue cuma bisa senyum-senyum aja and pura-pura ngerti, padahal mah dipikiran gue definisi kata "galau" itu masih ngambang alias belum pasti and belum jelas. Nah gue nanya deh sama mbah google. Pas lagi googling search gue buka artikel di http://muda.kompasiana.com/2012/04/15/apa-sih-galau/. Di situ si penulis "Sohudi Syaputra" bilang “galau merupakan suatu perasaan yang tidak jelas, resah tidak menentu terhadap sesuatu. kata yang memaknai perasaan manusia yang sedang dalam keadaan tidak nyaman, tak tahu apa yang dirasakan dan mana yang harus dikerjakan duluan”.
Entah karena otak gue yang ga berfungsi dengan baik ato emang bahasanya yang belum gue pelajarin alias bahasanya ketinggian gitu jadi gue masih belum 100% ngerti. Akhirnya gue buat status di Facebook, nanya tentang galau itu sendiri. Karena gue yankin anak-anak di Facebook pasti tau artinya apa. Tapi ternyata mereka pun hanya asal bicara. Kebanyakan dari mereka selalu mengkaitkan kata "galau" dengan persoalan "percintaan". Namun pada kenyataannya galau itu sangat luas maknanya.
Dan gue meyakini bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami fase ke-galau-an ini, tapi gue juga yakin setiap manusia yang percaya adanya Tuhan ga akan mengambil pusing fase ini. Jadi, sebagai makhluk yang beragama, kita ga boleh tunduk sama hal yang 1 ini. Kalau kita merasa perasaan yang orang-orang sebut galau ini, ya kita pikirin aja solusinya atau sharing ke temen deket , ortu, atau lebih enak sharing ke Tuhan. Karena sejujurnya, kita diciptakan memiliki solusi dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Hanya saja terkadang kita terlalu meragukan ide-ide yang muncul dari pikiran kita sendiri, makanya kita butuh pihak kedua untuk mendorong keluar solusi itu.

Langkah-langkah Untuk Menetapkan Tujuan Hidup

Kita hidup di dunia harus memiliki tujuan hidup agar kita tahu apa yang harus kita lakukan demi suatu pencapaian. Hidup tanpa tujuan seperti kapal tanpa kemudi, yang akan oleng ke kanan dan ke kiri ataupun terapung di tengah-tengah.
Pencapaian suatu tujuan juga memiliki 3 klasifikasi berdasarkan lama periodenya agar memudahkan kita untuk mencapai dan mengevaluasinya.
Tujuan Jangkan Pendek : > 1 th
Tujuan Jangka Menengah : 1-3 th
Tujuan Jangka Panjang : 3-5th/ lebih
Menyusun tujuan hidup yang berkualitas perlu SMART. Clements menguraikan unsur-unsur tujuan yang berkualitas, yaitu:
  • Specific (khusus) : tujuan tidak bermakna ganda terhadap apa yang ingin kita capai. Tujuan perlu fokus pada definisi spesifik bidang-bidang perilaku kinerja. Misalnya: Saya ingin menjadi sarjana. Tujuan ini belum spesifik karena kita tidak menetapkan ingin jadi sarjana apa, Perencanaan yang spesifik misalnya "Saya ingin jadi Sarjana  Psikologi".
  • Measurable (terukur) : tujuan yang terukur berati mengandung alat ukur. Pengukuran merupakan cara untuk memantau kemajuan, apakah tujuan telah tercapai atau belum. Contohnya: saya ingin meningkatkan IP saya dari 3,3 menjadi 3,75.
  • Achievable (dapat dicapai) : tujuan dicapa dengan kemampuan yang ada. Okleh karena itu tujuan yang baik berada dalam batas kemampuan orang yang membuat tujuan. Tujuan selanjutnya ditingkatkan secara bertahap sehingga memberi tantangan namun dapat dicapai. Tujuan yang sangat tinggi menyebabkan sulit dijangkau dan bisa menimbulkan frustasi. Contohnya : saya ingin jadi sarjana yang lulus dengan IPK 3,75 dan TOEFL 550. Tujuan mungkin dicapai jika kemampuan kita mendekati keinginan tersebut. Tapi jika IPK kita sekarang 2,50 dan TOEFL 400, maka tujuan itu unachievable.
  • Relevant (relevan) : tujuan dibuat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan yang relevan akan membantu kita untuk mencapai misinya atau tujuan yang lebih besar. Contohnya : seorang mahasiswa semester 7 merasa memiliki teman yang sedikit. Di sisi lain ia sadar tak lama lagi ia akan menyelesaikan studi dan masuk ke dunia kerja untuk berkarya. Ia memerlukan banyak teman agar lebih mudah masuk ke masyarakat. Sehubungan dengan ini, sang mahasiswa memiliki tujuan menambah teman baru sedikitnya 1 orang /minggu, agar koneksinya semakin luas sebelum ia menyelesaikan studinya.
  • Time framed (batas waktu) : tujuan dicanangkan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan yang baik ditetapkan awal dan akhirnya, sehingga jelas kapan diadakan penilaian. Contohnya : saya menyelesaikan pendidikan S1 saya maksimum 8 smester. Lakukan penilaian ketika kita sudah menjalani 50% waktu kita (ketika berada di smester4).Sudah berapa banyak mata kuliah yang kita selesaikan? Seperti apa kualitas pencapaiannnya? Sudah puaskah kita? Jika kita merasa belum puas, haruskah kita mengubah strategi belajar agar batas waktu 8 smester dengan IPK yang kita cita-cotakan tercapai?
Setiap rencana pasti di dalamnya ada resiko yang membuat kita sukses atau membawa kita ke sebuah kegagalan. Seperti banyak orang bijak katakan, "kegagalan bukanlah akhir dari mimpi kita, tapi kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda". Jadi kita perlu terus melangkah melampaui kesalahan juga kegagalan, dan mengubah masa-masa sulit menjadi kesempatan kreatif.

Semoga uraian singkat ini dapat membantu kita semua untuk mencapai tujuan hidup yang kita inginkan :)


sumber : buku Etika dan Perilaku Profesional Sarjana