Friday 25 January 2013

My Passion

Semalam aku bermimpi tentang sebuah wawancara aneh dalam tidurku yang singkat. Saat itu persis seperti keadaan dalam ruang wawancara sungguhan. seseorang yang berada di hadapanku mulai membuka map yg kubawa dan bertanya beberapa pertanyaan.
"Ok, kamu kuliah?" tanyanya.
"Iya, pak."
"Kamu senang melakukannya?"
"Orang tua saya senang."
"Bagaimana denganmu?"
"Saya senang bila orang tua saya senang."
"Apa yang ingin kamu lakukan?"
Aku terdiam, lalu menjawab "Aku akan melakukan banyak hal untuk membuat orang tua saya senang."
"Selain melakukan apa yang orang senang, kamu tau apa yang ingin kamu lakukan?"
Aku terdiam, kali ini aku tak mampu menjawab. Bukan karena tak tau jawabannya, tapi karena aku takut untuk mengungkapkannya. Dan sepertinya orang tersebut mengetahui apa yang kupikirkan. Sambil tersenyum iya berkata, "Katakan saja, jangan takut. Tak ada orang yang akan mendengar percakapan kita sekarang".
Aku masih terdiam. Namun tak lama kemudian aku memberanikan diri untuk bicara.
"Aku ingin jadi penulis. Aku ingin menambah pengetahuanku tentang dunia tulis menulis dengan belajar di fakultas Bahasa dan menjadi Sarjana Sastra."
"Lalu mengapa tidak kamu lakukan? Bukankah orang tua mu memberikanmu kebebasan untuk memilih jurusan yang kamu minati?"
"Ya, itu benar. Kecuali jurusan bahasa."
"Mereka memberitahu alasannya?"
"Menurut mereka, lapangan pekerjaannya terbatas dan sedikit pilihan."
"Lalu apakah kamu tetap ingin menjadi penulis dengan pengetahuan yang kamu miliki?"
"Ya, tentu. Bahkan aku tetap berusaha menambah pengetahuanku dengan banyak membaca karya orang lain sampai aku menemukan gaya tulisanku sendiri."
"Mereka mendukung?"
"Mereka mendukung aku untuk tetap menulis tapi hanya sebagai hobi, bukan pekerjaanku. Mereka tetap menginginkan aku menjadi seorang sarjana psikologi atau seorang psikolog dengan izin praktek."
"Lalu apa keputusanmu?"
"Aku mengikuti apa yang mereka mau, selama itu baik untukku."
Kemudian aku terbangun mendengar suara ibuku memanggilku. Kulihat jam di hapeku, "Jam setengah 5? Hufh 1 jam aku tertidur".



...愛...

Friday 2 November 2012

Galau? Perlukah kita galau?

Galau itu sebenernya apa sih? Kadang kalo lagi kumpul sama saudara-sepupu yang masih pada ABG suka bingung, mereka pada curhat gini, "duuuh aku lagi galau nih. aku sayang sama pacar aku, tapi hampir tiap hari kita tuh ribut mulu bla bla bla bla bla.......". Terus yang satunya lagi curhat juga, "mbak, aku lagi galau nih. Si A suka sama aku, padahal aku sukanya sama si B. Tadi si A nembak aku, trus aku musti jawab apa?". Dateng lagi yang satunya, ni yang cowo, dia curhat juga "Hufh gue baru putus sama cewe gue, padahal gue masih sayang sama dia" trus yang cewe-cewe pada bilang "waaaah mas lagi nge-galau tuh". Jadi gue sempet ngambil kesimpulan kalo galau itu ya bingung.
Selama ini tiap denger temen curhat ato pas lagi di angkot denger anak-anak SMA lagi nyebut-nyebut kata galau gue cuma bisa senyum-senyum aja and pura-pura ngerti, padahal mah dipikiran gue definisi kata "galau" itu masih ngambang alias belum pasti and belum jelas. Nah gue nanya deh sama mbah google. Pas lagi googling search gue buka artikel di http://muda.kompasiana.com/2012/04/15/apa-sih-galau/. Di situ si penulis "Sohudi Syaputra" bilang “galau merupakan suatu perasaan yang tidak jelas, resah tidak menentu terhadap sesuatu. kata yang memaknai perasaan manusia yang sedang dalam keadaan tidak nyaman, tak tahu apa yang dirasakan dan mana yang harus dikerjakan duluan”.
Entah karena otak gue yang ga berfungsi dengan baik ato emang bahasanya yang belum gue pelajarin alias bahasanya ketinggian gitu jadi gue masih belum 100% ngerti. Akhirnya gue buat status di Facebook, nanya tentang galau itu sendiri. Karena gue yankin anak-anak di Facebook pasti tau artinya apa. Tapi ternyata mereka pun hanya asal bicara. Kebanyakan dari mereka selalu mengkaitkan kata "galau" dengan persoalan "percintaan". Namun pada kenyataannya galau itu sangat luas maknanya.
Dan gue meyakini bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami fase ke-galau-an ini, tapi gue juga yakin setiap manusia yang percaya adanya Tuhan ga akan mengambil pusing fase ini. Jadi, sebagai makhluk yang beragama, kita ga boleh tunduk sama hal yang 1 ini. Kalau kita merasa perasaan yang orang-orang sebut galau ini, ya kita pikirin aja solusinya atau sharing ke temen deket , ortu, atau lebih enak sharing ke Tuhan. Karena sejujurnya, kita diciptakan memiliki solusi dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Hanya saja terkadang kita terlalu meragukan ide-ide yang muncul dari pikiran kita sendiri, makanya kita butuh pihak kedua untuk mendorong keluar solusi itu.

Langkah-langkah Untuk Menetapkan Tujuan Hidup

Kita hidup di dunia harus memiliki tujuan hidup agar kita tahu apa yang harus kita lakukan demi suatu pencapaian. Hidup tanpa tujuan seperti kapal tanpa kemudi, yang akan oleng ke kanan dan ke kiri ataupun terapung di tengah-tengah.
Pencapaian suatu tujuan juga memiliki 3 klasifikasi berdasarkan lama periodenya agar memudahkan kita untuk mencapai dan mengevaluasinya.
Tujuan Jangkan Pendek : > 1 th
Tujuan Jangka Menengah : 1-3 th
Tujuan Jangka Panjang : 3-5th/ lebih
Menyusun tujuan hidup yang berkualitas perlu SMART. Clements menguraikan unsur-unsur tujuan yang berkualitas, yaitu:
  • Specific (khusus) : tujuan tidak bermakna ganda terhadap apa yang ingin kita capai. Tujuan perlu fokus pada definisi spesifik bidang-bidang perilaku kinerja. Misalnya: Saya ingin menjadi sarjana. Tujuan ini belum spesifik karena kita tidak menetapkan ingin jadi sarjana apa, Perencanaan yang spesifik misalnya "Saya ingin jadi Sarjana  Psikologi".
  • Measurable (terukur) : tujuan yang terukur berati mengandung alat ukur. Pengukuran merupakan cara untuk memantau kemajuan, apakah tujuan telah tercapai atau belum. Contohnya: saya ingin meningkatkan IP saya dari 3,3 menjadi 3,75.
  • Achievable (dapat dicapai) : tujuan dicapa dengan kemampuan yang ada. Okleh karena itu tujuan yang baik berada dalam batas kemampuan orang yang membuat tujuan. Tujuan selanjutnya ditingkatkan secara bertahap sehingga memberi tantangan namun dapat dicapai. Tujuan yang sangat tinggi menyebabkan sulit dijangkau dan bisa menimbulkan frustasi. Contohnya : saya ingin jadi sarjana yang lulus dengan IPK 3,75 dan TOEFL 550. Tujuan mungkin dicapai jika kemampuan kita mendekati keinginan tersebut. Tapi jika IPK kita sekarang 2,50 dan TOEFL 400, maka tujuan itu unachievable.
  • Relevant (relevan) : tujuan dibuat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan yang relevan akan membantu kita untuk mencapai misinya atau tujuan yang lebih besar. Contohnya : seorang mahasiswa semester 7 merasa memiliki teman yang sedikit. Di sisi lain ia sadar tak lama lagi ia akan menyelesaikan studi dan masuk ke dunia kerja untuk berkarya. Ia memerlukan banyak teman agar lebih mudah masuk ke masyarakat. Sehubungan dengan ini, sang mahasiswa memiliki tujuan menambah teman baru sedikitnya 1 orang /minggu, agar koneksinya semakin luas sebelum ia menyelesaikan studinya.
  • Time framed (batas waktu) : tujuan dicanangkan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan yang baik ditetapkan awal dan akhirnya, sehingga jelas kapan diadakan penilaian. Contohnya : saya menyelesaikan pendidikan S1 saya maksimum 8 smester. Lakukan penilaian ketika kita sudah menjalani 50% waktu kita (ketika berada di smester4).Sudah berapa banyak mata kuliah yang kita selesaikan? Seperti apa kualitas pencapaiannnya? Sudah puaskah kita? Jika kita merasa belum puas, haruskah kita mengubah strategi belajar agar batas waktu 8 smester dengan IPK yang kita cita-cotakan tercapai?
Setiap rencana pasti di dalamnya ada resiko yang membuat kita sukses atau membawa kita ke sebuah kegagalan. Seperti banyak orang bijak katakan, "kegagalan bukanlah akhir dari mimpi kita, tapi kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda". Jadi kita perlu terus melangkah melampaui kesalahan juga kegagalan, dan mengubah masa-masa sulit menjadi kesempatan kreatif.

Semoga uraian singkat ini dapat membantu kita semua untuk mencapai tujuan hidup yang kita inginkan :)


sumber : buku Etika dan Perilaku Profesional Sarjana 

Wednesday 3 October 2012

What is "DEJA VU"?

Dari hasil survei di kalangan masyarakat, orang-orang bilang deja vu itu perasaan pernah mengalami suatu peristiwa yang pernah dialami sebelumnya. Tapi ketika ditanya apakah deja vu itu benar-benar kita alami sebelumnya 90% orang mengatakan "pernah kali", dan 10% orang mengatakan "nggak tau". Tapi apa sih sebenernya deja vu itu? apa kita emang bener-bener mengalami kejadian yang sama persis dengan sebelumnya?
9 dari 10 orang di dunia pernah mengalami hal kita sebut deja vu. Orang awam atau orang yang tidak pernah meneliti tentang hal ini pun sekarang sudah bisa mengartikan apa deja vu itu sebenarnya, dan jawaban semua orang sama tentang hal itu, tadi di presentasi teman di kelas juga mengatakan deja vu itu adalah perasaan pernah mengalami sesuatu yang sama dengan yang kita alami sebelumnya. Namun dosen bertanya, "apa kita benar-benar mengalami hal itu di masa lalu?" mereka menjawab dengan berbagai jawaban. Ada yang bilang iya, nggak tau, nggak beneran, 50:50. Dosen tanya ke orang yang bilang iya, "apa kalian bisa menggambarkan secara rinci tentang kejadian tersebut?" dan mereka hanya bilang "ya pokoknya sama persis dengan yang kita lakuin saat itu gitu". Nah dosen langsung buka mulut dengan ngejelasin semuanya.
Deja vu itu sebenernya adalah sebuah sensasi dari kejadian masa lalu yang serupa dengan sensasi yang ditimbulkan oleh kejadian masa kini alias sekarang. Jadi kita udah tau jawaban apakah kejadian yang kita sebut deja vu itu benar-benar terjadi di masa lalu atau nggak, mungkin iya tapi mungkin juga nggak.
Kenapa mungkin "iya"? Ada beberapa peneliti yang memberi sejumlah partisipannya daftar kata, mereka menyuruh partisipannya itu untuk mengingat semua kata-kata itu. Lalu kemudian para partisipan itu dihipnotis agar melupakan kejadian itu.  Ketika para partisipan itu ditunjukkan daftar kata itu lagi,  setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis. Hipnotis inilah yang disebut fachminisme. Dikutip dari : http://www.indospiritual.com/artikel_misteri-deja-vu.html 
Kenapa mungkin "nggak"? Karena menurut definisinya, yang sama itu hanya sensasi yang ditimbulkan bukan kejadiannya yang sama. Jadi sebenarnya kejadian itu nggak pernah terjadi, hanya kita aja yang menafsirkannya bahwa kita pernah mengalami kejadian serupa di masa lalu.
Kadang orang pikir kalo kita sering mengalami deja vu tu tandanya kita punya indra ke 6, bisa meramal masa  depan dan sebagainya, itu nggak benar. Semua itu cuma pemikiran orang aja.

Thursday 12 July 2012

Setelah Minum Susu Bayi Langsung Tertidur, Kenapa?

Pasti udah pada tau dong kalo bayi udah ngantuk pasti ibunya langsung ngasih susu ke tuh bayi, baik ASI ato susu formula. Setelah itu tuh bayi langsung tidur nyenyak, kecuali tuh bayi lagi ga enak badan. Tapi kenapa bisa gitu? Banyak orang bilang itu karna tuh bayi udah kenyang jadi dia tidur. Bisa juga sih, ku dapet fakta lain tentang itu dari majalah sekolahku.
Hal itu karna di dalam susu terkandung asam amino trytophan yang bisa membantu tubuh kita mengeluarkan hormon serotonin yang akan memberi komando kepada otak agar kita mengantuk dan menjaga kita untuk tidak terbangun sepanjang malam.
Ini juga berlaku bagi remaja dan orang dewasa. So, kalo mau pada tidur nyenyak, minum segelas susu hangat menjelang tidur. Kalo ga suka susu bisa ganti sama 1-2 sendok es krim vanilla.

^^ Selamat mencoba ^^

No Idea To Begin Write Fiction Story

Write fiction story is my favorite thing, but it's not easy to make the opening paragraph. Kadang-kadang ga tau mau nulis apa buat ngawalin padahal sebagian ceritanya itu udah numpuk di otak and berontak minta dikeluarin. Ga jarang ku berlama-lama pantengin komputer cuma karna lagi mikir kata-kata apa yang   pas buat paragraf pembukaan. Bahkan pernah beberapa kali ku ga jadi buat cerpen gara-gara masalah yang satu itu.
Ada 1 cerita fiksi yang ku buat, terlalu panjang buat jadi cerpen tapi terlalu singkat kalo disebut novel, yang sampe puluhan kali mengalami revisi di bagian paragraf awal. Tapi beberapa bulan lalu karna hard disk nya rusak jadi tuh cerita fiksi ilang gitu aja. Padahal itu adalah cerita fiksi yang 50%nya merupakan pengalaman pribadi. Kebayang kan gimana ekspresi ku waktu orang yang servis komputer tuh bilang hard disk tuh rusak 
Ah sebenernya setiap cerita fiksi yang ku buat punya kesulitanya masing-masing. Ada beberapa cerpen yang lumayan lancar buat awalnya, tapi begitu masuk ke konfliknya atau inti cerita ku musti puter otak selama beberapa hari.


Thursday 5 July 2012

Please, Never Say No For Everything

Kalo denger kata "tidak boleh" dari bibir dokter tuh kayaknya duniaku agak sedikit terguncang. Tapi itu belum seberapa kalo dibanding kata "tidak boleh" dari Tuhan. Kalo dapet kata "tidak boleh" dari Tuhan dunia ini serasa mengalami tsunami 10x lipat dari yang terjadi di Aceh dulu. Gimana ga, kalo baru dokter yang bilang itu berarti masih ada paling sedikit 10-40% kemungkinan bahwa yang dia bilang itu salah. Inget, dokter hanya orang yang mempelajari sesuatu yang tidak kita pelajari. Dan yang namanya mempelajari itu berarti ada kemungkinan yang dipelajari itu terdapat sedikit kekeliruan, tapi bukan berarti aku ga percaya dokter. Aku cuma mau bilang kalo sesuatu yang kita dengar dari seseorang itu belum bisa secara MUTLAK dibenarkan, dan ga bisa juga dianggap salah karena mereka bisa bilang begitu karena mereka mempelajarinya.
Tapi kalo yang bilang "tidak boleh" itu Tuhan itu sudah bisa dipastikan kita ga akan bisa melakukan hal tersebut. Gimana cara tau bahwa Tuhan bilang "tidak boleh" ke kita tentang apapun itu tuh dari tanda-tanda. Tandanya, kalo setiap kita melakukan sesuatu yang Tuhan bilang "tidak boleh" itu pasti setelahnya kita akan menerima akibat yang bener-bener merugikan kita.
Dan aku udah mendapatkannya. Tersiksa memang, tapi satu-satunya hal yang bisa kulakukan yaaaaaa stay away from that thing forever as far as i can. Semua ini karena salahku memilih gaya hidup yang kacau dan mengakibatkan sesuatu yang fatal. Itu lah makanya banyak orang bilang penyesalan itu selalu datang belakangan dan ga berguna. Lebih baik mencegah dibanding mengobati juga pantas ku terima dari bibir orang-orang untukku.