Monday, 12 October 2009

I Love U , Mom !

“ Mama! Jangan tinggalin aku, Ma!” seru Eghar. Ia seketika membuka mata dan mendapati tubuhnya telah terduduk di atas tempat tidurnya. Tubuhnya basah karena keringat. Ia memimpikan hal itu lagi. Hal yang tak bisa ia lupakan sejak 2 tahun yang lalu saat ibunya meninggalkannya untuk selamanya. Ia kembali membaringkan tubuhnya yang masih sedikit terengah-engah. Matanya tertutup, mencoba untuk kembali tidur.

Tepat saat ia mulai terlelap, secercah cahaya menerobos masuk ke balik kelopak matanya dan membuatnya terbangun karena silau. Saat matanya terbuka, nampak seorang wanita tinggi semampai yang memiliki rambut panjang yang indah terurai sedang berdiri dekat jendela kamar Eghar sambil memandang jauh ke luar. Egharpun terduduk kaget, segudang pertanyaan memenuhi pikirannya. Namun belum sempat ia membuka mulut, wanita itu berbalik dan menyapanya.

“ Hai! Kamu pasti Eghar, kan? Kamu pasti kaget dan bertanya-tanya siapa aku dan bagaimana aku bisa masuk ke sini, kan?!” ucap wanita itu lembut. Eghar terpesona dengan kecantikan dan gaya bahasa yang begitu lembut yang keluar dari bibir tipis wanita itu.

“ Namaku Ethelind. Aku rekan bisnis Papamu di Bali. Aku ke sini untuk berlibur, tapi sayangnya Papamu nggak bisa ikut berlibur di sini. Jadi kamu mau kan nemenin aku jalan-jalan keliling kota ini?” lanjutnya seraya tersenyum melihat Eghar yang terus bengong.

“ Ah… iya...kapan?” tanya Eghar gugup.

“ Kalo sekarang, gimana?”

“ Eh, kalo gitu aku mandi dulu, ya,” ucap Eghar dan bergegas menuju kamar mandi. Dengan secepat kilat Eghar membersihkan badannya.

“ Siap?” tanya Ethelind saat ia keluar kamar mandi. Ia hanya mengangguk saja lalu mengambil sepatu dan berjalan keluar kamar. Mereka memutuskan untuk pergi ke Mall dengan mobil Eghar.

Sepanjang perjalanan Eghar tak banyak bicara, ia hanya menjawab bila ditanya lalu berkonsentrasi ke jalan lagi. Ethelind bercerita banyak tentang dirinya yang sudah 2 kali gagal dalam menjalin hubungan, keluarganya yang selalu terlihat harmonis namun sebetulnya tidak, dan masih banyak lagi yang ia ceritakan pada siswa kelas 3 SMA ini. Entah apa maksudnya semua itu.

Saat sampai di Mall, Ethelind segera menarik tangan Eghar menuju bagian pakaian. Setelah itu dengan menenteng beberapa tas belanjaan Ethelind kembali menarik tangan Eghar menuju ke bagian sepatu. Lalu dengan tas belanjaan yang semakin banyak mereka mampir ke sebuah foodcourt. Keletihan sangat nampak di wajah Eghar.

“ Ed, abis ini kita main yuk!” ajak Ethelind sambil menyantap makanan yang telah dipesan.

“ Terserah kamu aja,” ucap Eghar pasrah.

Setelah selesai makan, mereka menaiki escalator menuju lantai 4 untuk bermain Timezone. Berbagai permainan telah mereka coba. Karena lelah akhirnya mereka pulang dan ternyata haripun sudah malam. Sesampainya di rumah, Eghar segera merebahkan tubuhnya yang sangat lelah di atas sofa, begitu juga dengan Ethelind. Tanpa sadar mereka berdua tidur di sofa.

§

Selama liburan sekolah ini, Eghar benar-benar merasa dipaksa untuk melakukan segala hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya karena memang tidak suka. Namun semakin lama liburannya terasa menyenangkan walau hanya diisi dengan berjalan-jalan berdua Ethelind ke tempat-tempat wisata dalam kota saja. Ia merasa sudah sangat dekat dengan Ethelind walau baru saja mereka berkenalan. Iapun merasakan sesuatu yang lain dari kedekatannya dengan Ethelind. Wanita berumur 29 tahun korban broken home rekan kerja Papanya di Bali.

Suatu pagi di hari terakhir liburan, Ethelind tidak mengajak Eghar kemana-mana. Ia meminta Eghar menyiram tanaman menggantikan bi Ijah, sementara ia menyapu halaman. Siangnya, Ethelind mengajak Eghar bermain catur di rumah sambil menikmati secangkir teh jasmine hangat. Dan malamnya, Ethelind berpamitan, ia akan kembali ke Bali membantu Papa Eghar mengurus perusahaan. Eghar mengantar Ethelind ke bandara. Saat menunggu pesawat, Ethelind dan Eghar bertukar nomor hp agar walau berpisah mereka masih bisa berbagi cerita lewat SMS atau telpon.

§

Saat liburan kenaikan kelas berakhir, Egharpun harus bangun pagi lagi dan berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah, Eghar segera menuju kelas. Tampak teman-temannya telah berkumpul di kelas. Saat menuju kelas, banyak siswi yang menyapanya. Eghar memang termasuk salah satu siswa yang terkenal dan banyak digandrungi para siswi di sekolah karena selain juara di lapangan sepak bola, ia juga langganan juara kelas. Karena itu ia termasuk murid kesayangan para guru.

“ Hallo my man! Kemana aja lo waktu liburan? Jangan bilang lo liburan di rumah, trus makan tidur aja kerja lo?!” tanya Alan. Eghar hanya tersenyum sambil menaruh tas di atas mejanya.

“ Atau lo ke Bali nengok bokap lo. Berarti lo beli oleh-oleh buat kita dong,” ucap Yovan. Eghar menggeleng.

“ So??” tanya Axton.

“ Gue emang liburan di rumah, tapi banyak hal yang gue lakuin. Dan anehnya hal-hal itu nggak pernah gue lakuin sebelumnya,” jelas Eghar seraya mengingat seluruh kegiatannya dengan Ethelind selama liburan.

“ Emangnya apa yang lo kerjain? Kok lo bilangnya ‘aneh’ sih? Kan lo sendiri yang ngelakuin,” Axton bingung.

“ Gue jalan-jalan ke tempat wisata yang selama ini gue anggep nge-bosenin, gue shopping, foto-foto, jogging, nyiram taneman, bantuin beres-beres rumah, dan terakhir maen catur. Walau awalnya terpaksa, tapi lama-lama liburan gue tuh jadi seru!”

“ Apa serunya kalo kayak gitu? Emang siapa yang maksa lo? Kok lo bisa nurut gitu aja?” tanya Yovan.

“ Temen bokap gue dari Bali liburan ke sini, tapi bokap gue nggak ikut, jadi gue yang nemenin dia jalan-jalan. Dia bilang kalo gue nggak mau nemenin, dia bakal bilang ke bokap. Ya udah dari pada cari ribut sama bokap, mending gue nurut aja. Tapi lama-lama orangnya nyenengin kok. Oya, gue sempet foto bareng dia. Gue yakin kalian bakal langsung suka sama dia.” Lalu Eghar mengangsur selembar foto yang segera disambut oleh tangan-tangan yang penasaran.

“ Pantes lo betah liburan di rumah, yang nemenin liburan lo cantik gini. Siapa sih namanya? Trus umurnya berapa? Udah punya pacar belom?” tanya Yovan bersemangat.

“ Namanya Ethelind, umurnya 29 tahun dan belom punya pacar.”

Bel masuk mengakhiri obrolan 6 sekawan ini. Mereka segera kembali ke bangku masing-masing saat seorang guru masuk untuk menyuruh mereka tenang. Lalu seperti biasa, saat guru pergi merekapun kembali ribut.

Hari berjalan seperti biasa. Namun saat ini belum diisi dengan berbagai pelajaran-pelajaran baru. Saat waktu istirahat usai, Eghar dan ke lima temannya masuk ke kelas. Dan saat itu pula hp Eghar bergetar tanda ada pesan masuk. Eghar segera merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan hpnya.

Hai Eghar, gi ap skrg?

Papamu dan aku lg mkn siang. Km udh mkn lom?

From : Nona cantiq..

12:06

Eghar tersenyum saat membacanya. Ia segera reply pesan Ethelind.

Lg d sklh. Td si udh mkn NasGor gt. Papa da d sn?

Blg y minggu dpn hrs plg. Kalo gx plg aku su2l k sn…

From : Eghar

12:11

Ethelind menghentikan makannya saat hpnya berbunyi. Ia membaca pesan dari Eghar sambil tersenyum dan segera menyampaikan pesan Eghar untuk Papanya yang sekarang sedang makan bersama Ethelind.

§

Malam itu seperti biasa, Eghar merasa sepi. Setelah beberapa lama ia lalui bersama Ethelind, sekarang rasanya sepi tanpanya di sini. Sudah beberapa hari belakangan ini pikirannya tak lepas dari Ethelind. Saat ia memandangi fotonya dengan Ethelind, rasa rindu melanda hatinya yang telah lama tertutup untuk merasakan cinta lagi.

Karena cinta, 3 kali ia terperosok dalam jurang patah hati dan kehampaan hati. Dan sekarang, rasa yang telah lama hilang kini muncul lagi dalam hati Eghar saat bertemu Ethelind. Wanita yang jauh lebih tua darinya.

Malampun semakin larut,tapi mata Eghar tidak juga terpejam. Kesunyian kamarnya mendorongnya untuk terus melamun. Eghar berjalan ke arah meja belajar dan mengambil iPod nya. Iapun mulai mendengarkan lagu demi lagu yang ada di dalamnya. Seketika ia menoleh kaget saat hpnya bergetar di atas kasurnya. Saat melihat layar hpnya, ternyata Ethelind menelponnya. Dengan sigap ia menyambar hpnya dan langsung menekan tombol answer.

“ Hallo?!” kata Eghar.

“ Hai ganteng. Lagi ngapain?” tanya Ethelind dari seberang telpon.

“ Lagi dengerin musik. Kenapa telpon malem-malem? Nggak bisa tidur juga ya?!” goda Eghar.

“ Hahaha… tau aja kamu. Oh ya aku dan Papamu akan ke sana bulan depan. Jadi kamu harus ada di rumah saat kami datang.” Tawa Ethelind barusan benar-benar membuat Eghar merasa terhibur. Andai saja aku ada di sana saat kau tertawa, pikir Eghar. Lalu seulas senyum nampak di wajah Eghar.

“ Iya. Nanti kalo ke sini biar aku yang jemput kalian, trus kita jalan-jalan lagi.”

“ Aduh kamu memang anak yang baik ya! Kamu bisa nyanyi nggak?”

“ Memang kenapa?”

“ Nyanyi dong, apa aja deh. Biasanya aku pasti langsung bisa tidur kalo di nyanyiin.”

“ Kenapa nggak denger radio atau apalah gitu?”

“ Nggak bisa. Kalo dari radio, suaranya pasti bisa bangunin orang seisi rumah. Ayo dong!” bujuk Ethelind.

“ Ok, tapi kalo suara aku jelek jangan protes.”

“ Iya. Sekarang kamu nyanyi lagu apa aja, yang penting suaranya harus kenceng.”

Eghar menekan tombol speakerphone. Dengan santai dan dengan diiringi petikan gitar, Eghar melantunkan lagu Mulan Kwok yang berjudul ‘ Semakin hari semakin cinta ‘. Lagu yang sengaja dipilihnya untuk mencoba mengatakan bahwa saat ini ia merasa semakin rindu dan cinta pada Ethelind.

Semakin hari semakin cinta..

Semakin hari semakin rindu..

Semakin dalam perasaan kasih dan sayangku kepada kamu.

Semakin lama kuredam hatiku..

Semakin deras badai asmaraku..

Semakin aku menyadari ku tak bisa bila tak ada dirimu.

Setelah itu, Ethelind berterima kasih pada Eghar lalu mematikan telpon. Eghar yang masih terhanyut dalam lagu yang ia nyanyikan tiba-tiba tersenyum sendiri. Ia terus membayangkan wajah Ethelind semalaman sampai akhirnya iapun tertidur. Sebelum tidur, ia bertekat akan mengatakannya langsung pada Ethelind saat ia dan Papanya datang bulan depan.

§

Suatu minggu pagi yang cerah, Eghar terbangun kaget karena ia baru saja memimpikan Ethelind. Dalam mimpi, Eghar melihat Ethelind berjalan mesra dengan seorang pria yang terlihat lebih tua dari Ethelind. Berjalan menjauhi tempat Eghar berdiri. Saat itu ia terus memanggil Ethelind namun Ethelind tak juga menoleh ke arahnya atau berusaha mencari asal suara yang memanggil dirinya. Mereka terus berjalan sambil berangkulan mesra. Api cemburu membakar hati Eghar saat itu. Dan saat Eghar menghampiri mereka dan ingin menghajar lelaki yang bersama Ethelind, Eghar terbangun.

Matahari telah menjulang ke atas saat ia selesai mandi dan membuka jendela. Biasanya Ethelind yang membukakan jendela dan membangunkannya. Namun tak terasa kejadian itu telah 1 bulan berlalu. Saat sedang melamun sambil memandang jauh ke luar jendela, hpnya berbunyi. Ethelind yang menelpon.

“ Kamu di mana? Katanya mau jemput?” suara Ethelind terdengar marah.

“ Hah!! Kamu nggak bilang kalo bakal sepagi ini.”

“ Ya udah sekarang kan udah bilang, jadi buruan jemput!”

“ Ya udah aku berangkat sekarang.”

Sambungan telpon terputus begitu saja. Eghar segera menyambar kunci mobil lalu pergi menjemput Papanya dan Ethelind. Ia mempercepat laju mobilnya agar mereka tidak terlalu lama menunggu.

“ Maaf ya…aku juga baru…bangun nih,” ucap Eghar sambil mengatur nafasnya yang tak karuan setelah berlari.

“ Nggak apa-apa kok. Papa senang kamu mau menjemput,” ucap Papa Eghar sambil memeluk putra tunggalnya. Egharpun membalas pelukan Papanya erat.

“ Gimana liburan kamu dengan Ethelind?” tanya Papa.

Eghar melirik Ethelind sekilas, lalu berkata,” Asik kok, Pa. Sayangnya Papa nggak ikut. Coba Papa ikut, pasti bakal lebih seru.”

Papa tertawa kecil lalu menepuk bahu anak kesayangannya itu. Lalu saat Eghar giliran memeluk Ethelind, seketika itu juga jantungnya berdegup tak terkendali. Namun rasa gugupnya tertutupi saat Ethelind tiba-tiba memeluknya erat lalu segera melepasnya lagi.

“ Papa berapa lama tinggal di sini?” tanya Eghar saat masuk ke mobil.

“ Papa cuti dulu sampai pesta pernikahan Papa terlaksana.”

Tiba-tiba laju mobilpun terhenti. Eghar menoleh ke arah Papanya lalu dengan tatapan kaget ia bertanya,” Papa mau nikah lagi? Sama siapa?”

Sesaat Papa Eghar dan Ethelind saling bertukar pandang. “ Nanti juga kamu akan tau. Dan Papa yakin kamu akan setuju dengan keputusan Papa ini,” kata Papa yakin.

Eghar semakin bingung mendengar hal itu. Tak biasanya Papanya begitu yakin keputusannya itu pasti akan ia setujui, karena ia tak pernah menyetujui semua calon ibu yang Papanya bawa ke hadapannya.

Sudah berhari-hari Papa sibuk menyiapkan gedung tempat pesta pernikahannya akan dilaksanakan. Eghar masih terus bertanya-tanya dengan siapa Papanya ini akan menikah. Namun di sela kebingungannya itu Eghar juga sibuk menyiapkan mentalnya untuk mengatakan isi hatinya pada Ethelind.

Namun di suatu malam saat sedang makan malam Eghar mencoba bertanya lagi pada Papanya tentang calon ibunya.

“ Pa, sebetulnya siapa sih calon Mama baruku? Jangan bikin aku bingung dong?!”

“ Ethelindlah calon Mama barumu. Kamu suka,kan?!”

Saat itu juga serasa ada yang menikam dan merobek hatinya. Hatinya yang semula berbunga-bunga karena ia telah mantap untuk menyatakan perasaannya pada Ethelind kini terasa sangat sakit. Lalu tanpa berkata apapun lagi Eghar segera meninggalkan meja makan.

§

Sudah 1 minggu sejak kejadian malam itu Eghar menjadi sangat pendiam dan tertutup. Bukan hanya orang yang ada di rumah saja yang bingung, tapi 1 sekolahpun bertanya-tanya ada apa dengannya. Eghar masih tak bisa terima dengan nasibnya ini. Ia merasa walau ia disukai banyak gadis, tapi ia nggak pernah bisa mendapatkan orang yang dicintainya. Bahkan sempat terpikir olehnya bahwa Tuhan nggak sayang padanya, namun pikiran itu segera ia buang jauh.

Suatu malam, Mama Eghar datang dalam mimpi Eghar. “Eghar!” panggil Mama.

Eghar menoleh. “ Mama..!” Tampak Eghar sangat kaget sekaligus senang melihat Mamanya yang sudah lama tak di jumpainya.

“Eghar, Mama kangen sama kamu sayang.”

“ Aku juga, Ma. O ya Mama tau nggak kalo Papa akan menikah lagi?”

Mama hanya mengangguk sambil terus membelai rambut Eghar yang sedang berbaring di pangkuannya.

“ Mama setuju?”

“ Kenapa nggak. Mama seneng kalo Papa seneng. Memangnya kenapa?”

“ Ah nggak apa-apa kok.”

“ Kamu nggak boleh egois dong, Papa sudah memilihkan yang terbaik untuk menjadi pengganti Mama tapi kamu malah nggak setuju karena kamu juga suka sama calon istri Papa.”

“ Mama tau dari mana aku juga suka Ethelind?” tanya Eghar kaget.

“ Kamu lupa ya, Mama kan sudah janji sama kamu kalo Mama akan selalu menjaga kamu…”

Setelah itu bayangan Mama memudar dan menghilang. Eghar tersadar dari tidurnya. Ia berjanji akan dengan besar hati menerima pernikahan Papanya dan Ethelind.

§

Saat pesta pernikahan berlangsung, Eghar datang agak terlambat. Papa dan Ethelind masih berpikir bahwa Eghar tak mau datang karena masih marah dengan mereka. Ethelind merasa bersalah dan berpikir karena dia Eghar dan Papanya bertengkar. Namun saat pertengahan pesta, tiba-tiba sebuah lagu dari Keith Martin yang berjudul ‘Because of You’ mengalun merdu dari bibir Eghar.

Because of you my life has changed

Thank you for the love and joy you bring

Because of you I feel no shame

I’ll tell the world It's because of you….

Ethelind tersenyum senang. Lalu dengan sedikit berlari, Ethelind menghampiri Eghar dan memeluknya senang. Eghar membalas pelukan Ethelind erat. Egharpun merasakan senangnya Ethelind saat ini.

“ Makasih ya kamu mau dateng ke pesta yang sangat penting dalam hidup aku,” ucap Ethelind.

Eghar tersenyum melihat senyum yang selama 1 minggu belakangan ini menjadi senyum yang sangat menyakitkan baginya. Eghar kemudian mendekatkan bibirnya tepat di depan telinga Ethelind. Lalu dengan lembut Eghar berkata, “ I Love You, Mom!!

Lalu seulas senyum nampak dari wajah keduanya. Namun tidak ada yang tau apakah Ethelind paham bahwa arti kata yang Eghar ucapkan bukanlah ungkapan rasa cinta seorang anak terhadap Mamanya, melainkan rasa cinta seorang pria yang mencinta wanita yang ternyata adalah calon Mama barunya.

§

1 comment:

  1. Good! Tema yg menarik dan cara bertuturnya jg dah ok. Tetap semangat!

    ReplyDelete