“ Pagi Alha sayang ?!” sapa seseorang dari seberang telpon.
“ Pagi juga !” balas Alha saat tau siapa yang menelponnya pagi-pagi.
“ Bangun dong, udah siang nih! Masa’ anak gadis bangunnya siang sih?!”
“ Iya, ini juga udah bangun kok. Hari ini kamu mau ajak aku ke mana?”
“ Rahasia dong, yang penting sekarang kamu mandi terus dandan yang cantik, 30 menit lagi aku jemput ya!” Setelah itu Alha segera menutup telpon dan bergegas mandi dan berdandan untuk bertemu Rean, kekasihnya.
Rean datang tepat pk. 9.30 pagi. Seperti biasa Rean selalu mengajak pacarnya yang pemalas ini ke tempat-tempat yang indah di minggu pagi. Kali ini Rean mengajak Alha ke sebuah gedung tinggi menjulang.
“ Kok kita ke sini?” ucap Alha heran. Namun Rean tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya menggandeng tangan Alha sambil terus berjalan menaiki tangga…dan akhirnya sampai di sebuah tempat yang tinggi hingga tiupan angin begitu terasa dari sana.
“ Re, kamu ngajak aku kemana sih?”Alha semakin heran.
“ Coba kamu liat, dari sini kamu bisa menyaksikan begitu indah pemandangan jika diliat dari atas gedung ini. Kamu juga bisa menyalurkan hobi ngelukis kamu di sini karena tempat ini sepi dan tenang.” Alha begitu terkejut melihat pemandangan yang tepat berada di hadapannya sekarang. Begitu indah…tenang…dan sejuk.
“ Lha, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Rean bingung karena sedari tadi Alha hanya terdiam seraya terus memandang ke depan.
” Ah, makasih ya Sayang?!” ucap Alha seraya memeluk Rean erat.
“ Aku seneng kalo kamu seneng. Lain kali kita ke sini bawa peralatan lukis kamu ya!” Alha mengangguk meng-iya-kan.
Tak sadar mereka telah menghabiskan waktu seharian di atas sana. Bercanda, ngobrol, dan banyak lagi yang mereka lakukan untuk menghabiskan waktu hari itu. Sesekali Rean melirik jam tangannya. Lalu saat ia melihat jam tangannya lagi, ternyata sudah pk.17.30.
“ Ah kita pulang sekarang ya,” ucap Rean seraya bangkit dari duduknya.
“ Loh, kan masih jam stengah 6 kok udah ngajak pulang?” tanya Alha.
” Aku ada janji sama temen aku malam ini.” Alha mencoba memaklumi kebiasaan Rean sejak 1 minggu yang lalu.
“ Lha, aku anter kamu sampai depan rumah aja ya,” ucap Rean saat sampai depan rumah Alha. Alha hanya tersenyum, lalu keluar dari mobil Rean dengan perasaan khawatir. Entah apa yang terjadi pada cowok yang sejak 8 bulan yang lalu resmi menjadi pacarnya.
* * *
Tepat pk 19.00,Rean sampai di sebuah restoran mewah. Saat sampai di dalam, ia segera menuju sebuah meja yang tak jauh dari pintu masuk. Di sana telah duduk seorang gadis cantik dengan gaun malam hitam yang indah.
“ Hai, lama ya nunggunya?” sapa Rean sambil mengecup kening gadis itu.
“ Nggak apa-apa kok. Aku juga baru datang. Oh iya kamu mau pesan apa?” ucap gadis itu.
“ Apa aja deh, asal kamu yang pesan.”
Gadis itu tersenyum lalu, ” Pelayan!” panggilnya. “ Tolong bawakan makanan yang tadi sudah saya pesan ya!”
“ Livy, kamu cantik banget malam ini.” Livy hanya tersenyum manis saat mendengar ucapan Rean yang sudah hampir setiap bertemu selalu diucapkan.
“ Besok kamu ada acara nggak?” tanya Rean. Livy menggeleng lembut. “ Kita ke Taman Ria yuk! Besok malam aku jemput kamu ya?!” lanjutnya.
“ Apa sih yang nggak buat kamu,” sesaat Livy terkikih lemah.
Saat makanan datang mereka segera menyantapnya sampai habis. Setelah selesai makan mereka ngobrol sejenak, lalu dengan hati-hati Rean menggendong Livy sampai ke mobilnya untuk di bawa pulang. Hampir semua mata memandang iri pada Livy yang mempunyai pacar yang sangat romantis seperti Rean.
* * *
Pagi ini Alha duduk di taman sekolah bersama teman-temannya sambil menunggu Rean datang. Tak lama kemudian Rean datang dan segera menghampiri Alha dan yang lainnya. “ Pagi semua!” sapa Rean saat datang.
“ Re apa kabar gue kalo lo nggak masuk hari ini,” ucap Danu.
“ Emang ada apaan?” tanya Rean.
“ Gini Re, kita mau ngasih kejutan buat adiknya Alha malem ini, jadi lo temenin kita cari hadiah,” terang Danu.
“ Gue sih bisa aja kalo cuma nganterin beli kado, tapi nanti malem gue nggak bisa ikut. Maaf ya?!” ucap Rean.
Seketika hati Alha sakit. Rasa khawatir itu sekarang sudah berubah menjadi curiga. Alha takut Rean memiliki yang lain dan membuatnya terluka. Tapi ia memilih untuk berdiam sampai apa yang ia khawatirkan terbukti.
“ Lha, kamu nggak apa-apa kan kalo aku nggak ikut?” tanya Rean lembut. Ada rasa tak enak dalam hati Rean melihat ekspresi Alha yang menjawab pertanyaannya hanya dengan senyuman pasrah. Ingin rasanya ia memeluk Alha dan memohon maaf berulang-ulang kali walau ia tau sebanyak dan sesering apapun ia meminta maaf takkan bisa menebus kesalahannya pada Alha.
Hari itu pun berakhir seperti biasa. Setelah mengantar teman-temannya membeli hadiah, Rean pun segera tancap gas menuju rumah Livy. Dan sesampainya di tempat tujuan tampak Livy sedang menunggunya di teras rumah. Livy menyambutnya dengan senyum yang begitu manis namun lemah.
* * *
Malamnya, Danu, Dekiy, Nata, dan Vio datang ke rumah Alha dengan berbagai rencana jahil di otak mereka. Masing-masing dari mereka menggenggam hadiah yang telah dibelinya siang tadi. Siang tadi mereka telah sepakat bahwa yang membuka pintu nanti Alisya. Rencananya, begitu pintu terbuka, kue yang berada di tangan Nata akan segera mendarat di muka Alisya sambil mengucapkan selamat ulang tahun.
Semua pun berjalan sesuai rencana. Tapi Alisya meminta mereka untuk mengajaknya ke taman ria malam itu. Seperti biasa, tak ada yang kuasa menolak permintaan gadis berumur 15 tahun itu. Walau hanya selisih 2 tahun dari Alha, tapi Alisya sangat manja layaknya gadis berumur 5 tahun yang selalu memaksakan kehendaknya.
Akhirnya mereka semua pergi ke taman ria yang pada saat itu tengah ramai-ramainya pengunjung. Berfoto dan mencoba berbagai permainan yang ada adalah kebiasaan segerombolan orang-orang ini. Begitu indah malam ini sampai mata Alha terpaku pada sepasang kekasih yang terlihat sangat mesra yang sedang duduk di bangku taman.
Begitu sakit hati Alha saat itu. Seakan ada sesuatu yang menusuk dadanya hingga menembus ke hatinya. Terluka…ia baru saja terluka. Sedih, sakit hati, terkhianati, dan kecewa yang ia rasakan saat melihat Rean dan Livy. Sesaat Rean tak menyadari keberadaan Alha. Sampai saat matanya menatap jauh ke depan, didapatinya Alha menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Alha segera berlari meninggalkan tempat itu. Rean bangkit dan mencoba mengejar Alha, namun tak terkejar.
Entah kemana kakinya membawa Alha pergi. Semua yang ia takutkan terbukti, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
* * *
Berminggu-minggu Rean dan Alha sudah tak bertemu setelah kejadian itu. Alha mencoba melupakan semua tentang Rean dengan memusnahkan segalanya yang berhubungan dengan Rean. Rean pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali meninggalkan gadis yang sangat ia sayangi dan tetap bersama Livy. Segudang penyesalan dalam hati Rean, namun itu takkan membuat Alha kembali padanya.
* * *
Suatu malam, Livy meminta Rean datang ke rumahnya. Dan dengan senyum seperti biasanya Livy menyambut kedatangan Rean. Mereka makan malam di rumah Livy. Sesekali Livy terbatuk sambil memegang dadanya yang terasa sakit, lalu tersenyum pada Rean yang dari tadi mencemaskannya.
“ Kamu yakin nggak apa-apa?” tanya Rean khawatir.
“ Aku nggak apa-apa kok. Udah makan lagi, Re!” jawab Livy lembut.
Namun sesaat kemudian “BRUUK!!“ terdengar saat Livy terjatuh dari kursi rodanya. Spontan Rean dan beberapa pelayan di rumah Livy berlari menuju ke arah Livy. Rean membopong tubuh Livy yang sudah tak bernyawa itu ke mobil menuju rumah sakit. Memang penyakit kanker yang diderita Livy sudah sangat parah. Dokter pun telah memvonis bahwa hidupnya tinggal hitungan hari saja.
Secara tak sengaja, Alha yang kebetulan sedang berada di rumah sakit yang sama melihat Rean membawa Livy ke UGD. Karena penasaran, Alha mengikuti Rean sampai ke UGD. Alha benar-benar shock dan merasa bersalah saat melihat gadis berambut panjang ikal yang ia lihat sedang bersama Rean dulu terbaring tak berdaya dengan wajah pucat pasi di atas tempat tidur.
Sesaat mata Rean melirik ke arah Alha yang masih shock lalu kembali menatap tubuh Livy yang telah terselimuti kain putih. Alha segera meninggalkan ruangan saat sadar Rean mengetahui keberadaannya di tempat itu. Di luar ruangan Alha hanya menangis karena ia merasa bahwa ia telah salah menilai gadis itu. Awalnya ia berfikir bahwa gadis itu merebut Rean darinya, tapi sekarang ia merasa bahwa ia yang merebut Rean dari gadis itu.
Tiba-tiba Rean ke luar ruangan saat Alha masih terus menangis. Rean duduk tepat di samping Alha dan berkata, “ Udahlah Lha, semua udah berlalu. Maafin aku ya kalau aku udah nyakitin kamu dengan tetap bersama dia sampai akhir hidupnya. Aku memang sayang banget sama kamu, tapi aku nggak tega ninggalin orang yang hanya ingin di sisa hidupnya ini ada orang yang selalu ada untuknya. Dulu aku mau jelasin semua ke kamu tapi kamu udah nggak mau ketemu aku lagi. Sekarang terserah kamu mau maafin aku atau nggak, aku siap kok kalau kamu mau benci aku.”
“ Nggak Re! Aku memang sempat marah sama kamu dan menganggap kamu play boy, tapi sekarang aku tau apa alasan kamu lebih memilih dia dibanding aku. Aku yang harusnya minta maaf karena aku nggak mau denger penjelasan kamu. Maafin aku ya?!”
Mendengar perkataan Alha yang diselingi dengan isak tangisnya, Rean segera memeluk erat Alha seakan tak mau melepaskannya lagi. Beberapa saat mereka berdua larut dalam penyesalan masing-masing. Rean yang berusaha tegar akhirnya meneteskan air mata karena tak tega melihat gadis yang sangat ia sayangi menangis.
“ Aku janji nggak akan nyakitin kamu lagi, aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Maafin aku!” tutur Rean yang masih terus memeluk erat Alha.
“ Aku juga minta maaf dan aku janji akan selalu dengerin penjelasan kamu. Aku juga janji akan jadi pacar yang pengertian.”
* * *
“Mungkin kita nggak bisa terus bersama, Vy. Aku juga nggak bisa bikin hari-hari terakhir kamu menjadi seperti yang kamu inginkan. Tapi aku yakin kamu akan bahagia di sisiNya. Dan aku janji nggak akan melupakan kamu sampai kapanpun.” Kemudian Reanpun meninggalkan pemakaman seraya menggandeng tangan Alha.
* * *
0 comments:
Post a Comment