Sunday 10 June 2012

Hadiah Untuk Bumi



Dear Diary,
Aku ingin sekali memiliki kekuatan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh di serial tv Heroes yang sering kutonton.
Aku ingin seperti Matt Parkman yang bisa membaca dan mempengaruhi pikiran orang, Becky Taylor yang tak terlihat agar aku bisa memandangi orang tanpa ketahuan, Isaac Mendez yang bisa mengetahui masa depan melalui gambarannya agar aku tahu tentang masa depan, dan Hiro Nakamura yang bisa menjelajahi waktu agar aku bisa kembali ke masa lalu maupun ke masa depan.
Semua itu akan aku dedikasikan untuk seseorang….Bumi.
with love,                    
Mawar            
Mawar menutup buku hariannya dan memasukkannya ke dalam laci meja belajarnya. Ia mengambil selembar foto dari dalam laci itu sebelum menutupnya. Itu fotonya bersama Bumi dan teman-teman sekolahnya yang diambil saat lulus SMP tahun lalu.
Bumi adalah teman sekolahnya sejak SMP. Mereka tak dekat, bahkan tak saling mengenal sampai satu perlakuan Bumi pada Mawar tanpa disadari menumbuhkan benih-benih cinta di hati Mawar. Bumi memang pujaan para gadis di sekolahnya, sedangkan Mawar hanya gadis biasa yang sekarang mulai dekat dengan Bumi karena sering berada di kelompok belajar yang sama.
***


Hampir jam 7 pagi, semua murid sudah berada di kelas masing-masing dan siap menerima pelajaran.
Bumi meraih kotak dan secarik kertas kecil berwarna pink dari dalam laci mejanya. Kotak itu berisi Ipod Touch. Ia tak menyangka akan mendapatkannya dari secret admirer­­-nya.
Bumi perlahan membuka kertas itu. Sudah lama ia tak mendapatkan hadiah dari seorang penggemar misterius, biasanya bila ada yang mau memberinya hadiah ya mereka akan langsung memberikan padanya.
Dear Bumi,
Aku tahu kamu Ipod mu rusak beberapa hari lalu.
Jangan sampe rusak lagi ya…

NB: jangan gigit bibir terus, nanti luka loh…
with love,                    
Lotus
Bumi celingukan sesaat lalu mengerutkan dahinya. Bingung. Bukan tentang kadonya atau pemberinya, tapi karena isi kertas itu. Bukan tentang si pemberi yang tahu tentang Ipod nya, tapi tentang bagaimana si pemberi bisa tahu apa yang dia lakukan saat ini.
Sementara dari sudut kelas Mawar tersenyum penuh arti melihat ekspresi Bumi. Ia bernafas lega saat Bumi memasukkan Ipod itu ke dalam tasnya.
***


Keesokan harinya…
Bumi terkejut saat menemukan kotak berisi lampu meja berbentuk matahari berwarna orange di laci mejanya, lagi. Tepat di bawah matahari itu bertengger hiasan berbentuk pohon dan ada pria duduk di sebuah kursi panjang, sendirian. Entah apa maksudnya ini. Biasanya dia selalu menerima hadiah dari gadis-gadis yang berhubungan dengan bentuk hati atau sepasang muda mudi yang lagi berduaan.
Di sisi kotak itu terselip secarik kertas berwarna hijau daun. Sebelum membukanya Bumi sempat menebak-nebak pasti seseorang bernama Lotus itu lagi yang menaruhnya di sini.
Dear Bumi,
Andai aku adalah matahari, aku akan menyinari hari-harimu agar harimu selalu cerah dan tak pernah redup.
Andai aku adalah pohon, aku akan selalu berada di dekatmu untuk meneduhkanmu dengan daun-daunku yang rindang.
Dan… andai aku kursi, aku akan menjadi tempat ternyaman untuk melepaskan segala lelahmu.
with love,                    
Lotus
Bumi tersenyum dan memasukkan kotak berisi lampu meja itu ke dalam tasnya. Walau sejujurnya Bumi tidak termasuk cowok yang menyukai sesuatu yang romantis atau puitis, tapi perlakuan si Lotus ini menjadi hiburan tersendiri baginya. Dan lagi-lagi hati Mawar bersorak gembira.
Sesampainya di rumah, Mawar segera masuk ke kamarnya. Ia melompat-lompat kegirangan. Hadiah keduanya diterima lagi oleh Bumi. Ia men-turn on komputernya, mem-play­ beberapa lagu kesukaannya dengan winamp. Tak ayal Mawar ikut bernyanyi.
“Haaaah.. kira-kira dia penasaran nggak ya sama aku?” Mawar berpikir sesaat, kemudian ia terkikik saat membayangkan wajah Bumi yang penasaran.
***


Mawar kembali menaruh hadiah di laci meja Bumi pagi-pagi sekali. Ia rela bangun pagi-pagi sekali dan berangkat ke sekolah bahkan sebelum gerbang terbuka. Ia juga rela bersusah payah memanjat pagar sekolah yang Na’uzubillah tingginya.
Dengan santai ia membuka gembok kelas dengan kunci yang ia pinjam dari penjaga sekolah dengan alasan yang mulia. “Aku mau beresin kelas tiap pagi biar begitu teman-teman datang, kelas sudah rapi dan bersih,” begitu katanya. Tapi untungnya si penjaga sekolah nggak curiga dan langsung memberikan kunci itu padanya.
Kali ini Mawar akan memberikan beberapa buah burung-burungan dari kertas origami yang beraneka warna. Sengaja hanya dibuat 8 buah karena ia suka angka itu. Satu-satunya angka yang mempunyai nilai yang cukup tinggi dan bila diputar 180˚ maka akan menghasilkan hasil yang sama dengan semulanya, bila diputar  90˚ akan menghasilkan tanda ‘tak terhingga’.
Dear Bumi,
Mungkin hadiahku kali ini terkesan sederhana, bahkan tak berharga bagimu.
Tapi bagiku ini sangat berharga.
Aku pernah menonton salah satu film drama Jepang di mana sang gadis memberikan sebuah karya dari origami dalam jumlah besar kepada pacarnya sebagai perwujudan rasa sayangnya.
Aku sengaja hanya memberimu 8 buah karena menurutku itu angka yang perfect.
with love,                    
Lotus
Jujur saja, Mawar sempat pusing memikirkan hadiah ini. Namun seketika ia teringat dengan film drama Jepang jaman dulu yang pernah ia tonton. Dan ia pun akhirnya tergugah untuk melakukan hal yang sama.
***


Mawar kembali dipusingkan dengan pilihan barang yang akan dihadiahkannya pada Bumi. Tapi lagi-lagi sebuah ide masuk ke kepalanya dengan liar ketika melewati pekarangan rumahnya yang ditumbuhi beberapa jenis bunga kesukaan Mamanya.
Tapi ada keraguan melanda hatinya ketika ia ingin menaruh hadiah itu di dalam laci meja Bumi. Ia tak yakin Bumi akan menyukai hadiahnya kali ini. Kemudian segera ia singkirkan jauh-jauh keraguannya dan berharap semoga Bumi mau menerimanya. Namun ketika ia melihat Bumi berjalan ke arah kelas, dengan secepat kilat tangannya mengambil sebuket bunga yang ia taruh di laci meja Bumi tadi. Ia benar-benar yakin hadiahnya kali ini sama sekali tidak pas.
Bumi merogoh laci mejanya dan heran karena hari ini lacinya kosong. Ia bukan mengharapkan kado dari penggemar rahasianya itu, hanya saja ia penasaran dengan orang di balik hadiah-hadiah yang ia terima belakangan ini.
“Nggak dapet hadiah aneh lagi lo, Bum?” tiba-tiba Ari bersuara.
“Mungkin dia lagi bokek kali,” sambung Dimas dilanjutkan gelak tawa yang lainnya.
Bumi hanya menanggapinya dengan senyuman manisnya saja. Sementara di sisi lain Mawar sedang bingung memikirkan hadiah yang akan dia beri besok dan hari selanjutnya hingga misinya selesai.
***


Pagi yang cerah menyambut hari baru Mawar. Ia pun sudah siap berangkat ke sekolah dengan senyum yang sangat lebar dan percaya diri. “Bumi, I’m coming!” ucapnya saat akan keluar rumah.
Sepanjang perjalanan ke sekolah, tangannya menggenggam kotak persegi lumayan tebal yang dibungkus dengan poster bergambar grup band luar negeri kesukaannya yang belakangan baru ia ketahui bahwa Bumi juga menyukainya.
Seperti biasa, begitu tiba di kelas dan menduduki bangkunya, Bumi segera merogoh ke dalam lacinya. Dan hari ini tangannya menyentuh sesuatu dalam lacinya yang segera ia tarik ke luar. Dengan senyum tipis ia membolak balik bungkusan itu, lalu dengan hati-hati tanpa ingin merusak bungkusnya ia membuka hadiahnya itu.
Dear Bumi,
Aku tau kamu fans fanatic seorang Bob Marley. Jadi aku berusaha mencari album nya dari yang pertama sampai yang terbaru. Tapi karena aku nggak terlalu paham jadi mohon dimaklumi kalau ada album nya yang terlewat
Aku juga tau kalau kamu suka band You Me At Six jadi saat mereka tur 4 kota di Indonesia beberapa bulan lalu aku sengaja membawa 2 poster agar aku bisa memberimu poster mereka lengkap dengan tanda tangan mereka yang asli J
with love,                    
Lotus
Bumi melebarkan poster itu dan benar saja tepat di bagian bawah poster ada tanda tangan Josh Franceschi, Chris Miller, Max Helyer, Matt Barnes serta Dan Flint. Dan yang mengejutkan lagi ada memo singkat sudut kanan bawah yang berbunyi, “For Bumi from You Me At Six”.
Senyum Bumi semakin mengembang saat memasukkan kedua benda tersebut ke dalam tasnya yang saat itu tak begitu penuh. Sementara, di kursinya Mawar terkekeh kecil melihat Bumi begitu senang atas hadiahnya. “Berhasil lagi!” teraiknya dalam hati.
***


Keputusannya mengunjungi sebuah toko buku siang itu adalah keputusan yang membawa keuntungan untuknya. Kebetulan sekali ia sedang mencari hadiah untuk diberikan ke Bumi. Karena hari ini sekolah libur, jadi ia harus datang ke rumahnya dan menaruhnya di….mmmh.. mungkin di depan pintu rumahnya.
Dengan mengendap-endap Mawar memasuki pekarangan rumah Bumi yang nampak lengang. Mungkinkah tak ada orang di rumah? Entahlah. Tepat di depan pintu rumah Bumi Mawar menaruh buku ensiklopedi yang diberi pita berwarna biru muda. Di atasnya tertempel sebuah kartu berwana senada dengan pitanya.
Beberapa saat kemudian seseorang dengan motor bitunya memasuki pekarangan, dengan secepat kilat Mawar bersembunyi. Saat hendak masuk ke rumah mata Bumi menangkap suatu benda yang tersandar di pintu, ia segera memungutnya. Sebuah buku ensiklopedi tebal berpita biru.
Dear Bumi,
Bukannya aku ingin mempermainkanmu dengan hadiah-hadiah ini, aku cuma ingin mengutarakan perasaanku lewat hadiah-hadiah ini.
Besok adalah hadiah terakhirku buat kamu.
Dan kamu akan tau siapa aku.
Aku si Lotus yang tumbuh liar di air.
Aku si Lotus liar yang takkan mengemis cintamu.
Aku si Lotus liar hanya ingin mengatakan apa yang tak mudah dikatakan dan melakukan apa yang tak mudah dilakukan.
with love,                    
Lotus
Surat kali ini lebih panjang dari biasanya. Bumi semakin penasaran dengan sosok si Lotus ini. Hati Mawar pun deg-degan menanti hari esok. Ia takut setelah mengetahui siapa orang yang selalu memberi hadiah-hadiah itu, Bumi akan mengolok bahkan menjauh darinya karena merasa risih atau apalah. Sementara di kamarnya, Bumi menduga-duga sosok Lotus ini. Tapi ia belum yakin dugaannya itu benar.
***


BLETAK!!
Sebuah ukulele berpita merah darah tanpa sengaja terlepas dari tangan Mawar, jatuh membentur aspal jalan dan terbelah dua. Mawar segera berlari meninggalkan Bumi yang saat itu sedang duduk sambil tertawa riang bersama wanita cantik berkulit putih dan berambut panjang di teras rumah Bumi. Mereka terlihat sangat mesra.
Karena suara yang ditimbulkan ukulele yang jatuh itu cukup keras sehingga mampu membuat Bumi dan wanita itu menoleh kaget. Bumi sempat melihat Mawar masuk ke dalam taxi. Kemudian Bumi segera memungut ukulele rusak itu dan membaca kertas yang tertempel di badan ukulele.
Dear Bumi,
Sejujurnya berat untukku mengungkap siapa diriku sebenarnya.
Tapi genta bukanlah genta sebelum dibunyikan. Lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan. Cinta di sanubari bukan untuk dipendam. Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan.
Coba deh kamu gabungin huruf awal dari keenam hadiah yang aku kasih, pasti akan terbentuk satu kalimat yang sudah lama ingin aku ucapkan.
Bumi,
Aku adalah Lotus itu.
Lotus liar yang takkan menyerah sebelum berperang, walau pada akhirnya kekalahan yang kudapat.
with love,                    
Mawar
***


Mawar membanting pintu kamar sekuat-kuatnya sehingga membuat seluruh penghuni rumah tersentak kaget. Di hari minggu yang cerah ini Mawar malah ngamuk-ngamuk. Mawar hanya bisa menangis di kamarnya. Hatinya hancur berkeping-keping melihat Bumi dan wanita tadi. Walau ia juga sudah pernah mengatakan pada Bumi melalui suratnya bahwa ia tak akan mengemis cinta Bumi tapi ia tak menyangka melihat Bumi bersama wanita lain benar-benar mampu meluluh lantahkan hatinya.
“Aku bodoh! Bodoh! Bukannya dari awal aku melakukan ini hanya untuk memberitahu Bumi tentang perasanku? Tapi kenapa jadi begini? Bukannya dari awal juga udah dapat dipastikan Bumi nggak akan pernah ngerasain hal sama kayak aku? Sadar Mawar, sadar! Bumi itu cowok populer dengan jutaan penggemar, sementara kamu cuma salah satu cewek yang ngarep untuk jadi pacarnya.”
***


Senin pagi yang sangat tak diinginkan Mawar akhirnya datang. Tanpa bisa menolak dengan malas Mawar bangun dari tempat tidurnya dan bersiap berangkat sekolah. Semua tersentak melihat gadis kecil mereka matanya sembab dan mukanya yang biasanya cerah sekarang redup. Tanpa sempat bertanya Mawar sudah melesat pergi dari hadapan mereka.
Saat memasuki ruang kelas, kursi Bumi masih kosong. Ia belum datang padahal biasanya jam segini dia sudah datang dan mengobrol dengan teman-temannya. Saat hendak menaruh tasnya di atas meja, Mawar menemukan selembar kertas.

Aku tunggu di taman belakang sekolah
Sekarang

Seseorang mengajaknya bertemu di taman belakang sekarang juga, tapi tak ada nama pengirimnya. Mungkinkah ada yang mau mengerjainya, ia bertanya-tanya dalam hati. Dengan ragu ia berjalan menuju taman belakang sekolah.
Begitu sampai di sana Bumi nampak sedang duduk di bawah pohon yang rindang ketika Mawar tiba di taman belakang yang lengang. Ternyata orang itu Bumi.
“Bumi,” panggil Mawar.
Bumi menoleh kearah suara dan mendapati Mawar berdiri di sebelahnya dengan mata sembab.
“Mata kamu kenapa?” tanyanya seraya bangkit.
Mawar hanya menggeleng. “Kenapa kamu suruh aku ke sini? Kamu mau ngejek aku atas semua kekonyolan aku? Atau kamu mau kembaliin hadiah-hadiah itu karena ternyata pengirim hadiah-hadiah itu nggak sesuai dengan yang kamu bayangkan?”
“Buat apa aku ngejek kamu atau negmbaliin hadiah-hadiah itu? Barang-barang yang kamu kasih unik dan aku suka. Trima kasih, ya.” Bumi melangkah mendekati Mawar. “Aku juga mau minta maaf karena udah bikin kamu sedih kemarin. Dulu aku pernah memohon pada Tuhan untuk mempertemukan aku pada jodoh pilihanNya dengan tanda black rose, aku berjanji untuk senantiasa memberi kebahagiaan padanya. Dan tepat beberapa minggu yang lalu aku baru menyadari kehadirannya…”
“Iya aku tahu kok, cewek cantik kemarin pacar kamu, kan? Aku nggak apa-apa, kan aku udah bilang aku nggak akan ngemis cinta kamu,” potong Mawar. Walau sebenarnya ia ingin menangis tapi ia mencoba untuk tegar di depan Bumi.
Seketika bibir Bumi menyunggingkan senyum, senyum yang sangat manis membuat luka hati Mawar semakin perih. “Cewek kemarin itu Lidya, adikku yang baru datang dari Yogya. Dan black rose itu…..kamu.” Seketika kerongkongan Mawar kering, jantungnya seakan berhenti berdetak setelah mendengar ucapan Bumi barusan.
“Maksudnya?” tanya Mawar.
“Beberapa kali aku pacaran dengan cewek selalu aja rusak dengan berbagai alasan. Tapi setelah kenal kamu lebih dekat aku langsung yakin kamu black rose pemberian Tuhan, Mawar ­dengan bola mata hitam. Kamu mau kan jadi black roseku selamanya? Dan membiarkan aku untuk menepati janjiku pada Tuhan?”
Mawar tersenyum bahagia dan mengangguk perlahan lalu masuk dalam pelukan Bumi dan mendekapnya seakan tak ingin melepaskannya walau hanya sedetik. Bumi mendekatkan bibirnya ke telinga Mawar. "I love u too," bisiknya.

0 comments:

Post a Comment